Full Kronologi Kisah Nia Penjual Gorengan Dibunuh Indra Dragon
KabaRakyat.web.id - Nia Kurniasari, seorang gadis sederhana yang berasal dari Pasar Surau, Nagari Gugua, Kecamatan Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, dikenal sebagai sosok yang ulet dan berprestasi. Di usia 18 tahun, ia sudah harus menghadapi kerasnya hidup sejak usia belia.
Terlahir dari keluarga kurang mampu, kehidupan Nia dipenuhi perjuangan, terutama setelah orang tuanya berpisah. Ibunya yang sakit-sakitan dan kakaknya, Rini, adalah sosok yang mengetahui secara langsung bagaimana Nia berjuang untuk bertahan hidup.
Sejak kelas 4 SD, Nia sudah terbiasa berjualan gorengan keliling demi memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolahnya. Keuntungan dari menjual gorengan memang tak seberapa, namun itu cukup untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarganya.
Kehidupan sehari-hari Nia dipenuhi dengan rutinitas antara sekolah dan bekerja. Meskipun harus membagi waktu antara belajar dan bekerja, prestasinya di sekolah tetap cemerlang.
Menurut para guru di SMA INS Kayu Tanam, Nia merupakan salah satu murid yang berprestasi. Bahkan, selama kelas 10, ia selalu masuk peringkat enam besar di kelasnya. Selain berprestasi dalam bidang akademik, Nia juga dikenal sebagai atlet silat.
Ia berhasil menyabet beberapa gelar juara di tingkat provinsi dan sudah menyandang sabuk cokelat. Nia juga melatih silat di beberapa sekolah dan aktif dalam kegiatan OSIS, meskipun waktunya sangat terbatas karena harus bekerja.
Semenjak lulus SMA, Nia semakin gigih bekerja untuk mewujudkan beberapa impian besarnya, yaitu melanjutkan kuliah, membeli laptop, dan membangun rumah untuk keluarganya.
Dari hasil berjualan gorengan, ia sudah berhasil menabung hingga jutaan rupiah, meskipun jumlah tersebut masih jauh dari cukup. Selain berjualan gorengan, Nia juga bekerja sebagai tukang ojek dan kuli panggul, profesi yang umumnya digeluti oleh pria.
Pada Kamis, 5 September 2024, Nia tidak pulang seperti biasanya hingga menjelang magrib. Kakaknya mulai khawatir karena sore itu hujan turun cukup deras. Sang kakak pun berusaha mencari tahu keberadaan Nia, termasuk bertanya kepada ibu pembuat gorengan.
Namun, hingga malam tiba, Nia tak kunjung pulang. Kekhawatiran pun semakin memuncak ketika Nia tidak dapat dihubungi dan warga sekitar juga tidak ada yang melihatnya.
Keesokan harinya, pada Jumat, 6 September 2024, polisi akhirnya menyatakan Nia hilang setelah pencarian dimulai oleh tim gabungan dan warga setempat.
Beberapa petunjuk mulai ditemukan, seperti gorengan yang tercecer di semak-semak, uang hasil jualan, dan jilbab Nia yang tersangkut di ranting pohon. Polisi juga menemukan tanda-tanda perlawanan di sekitar lokasi tersebut.
Pada Minggu, 8 September 2024, setelah tiga hari pencarian, tubuh Nia akhirnya ditemukan terkubur di bawah tumpukan dedaunan di sebuah area terpencil.
Kondisinya sangat mengenaskan, tanpa busana dan terkubur dengan kedalaman yang dangkal. Penemuan ini membuat keluarga Nia, terutama sang ibu dan kakaknya, pingsan karena tak kuat menerima kenyataan pahit ini.
Polisi segera memulai penyelidikan dan berhasil mengidentifikasi seorang pria bernama Indra Septiawan sebagai tersangka utama. Indra, yang memiliki rekam jejak kriminal sejak usia 15 tahun, diketahui sebagai residivis dengan catatan kejahatan yang mengerikan.
Kesaksian beberapa saksi dan rekaman CCTV semakin menguatkan dugaan bahwa Indra adalah pelaku kejahatan terhadap Nia.
Indra sempat melarikan diri dan menjadi buronan selama 10 hari. Meskipun beberapa kali lolos dari penangkapan polisi dan warga, gerak-geriknya semakin terbatas. Hingga akhirnya, pada 19 September 2024, Indra berhasil ditangkap di sebuah rumah kosong.
Polisi juga menemukan barang bukti penting, seperti celana Nia yang hanyut di sungai dan cangkul yang digunakan untuk mengubur tubuh Nia.
Indra mengakui bahwa pada hari kejadian, ia bersama beberapa temannya memanggil Nia untuk membeli gorengan. Setelah temannya pulang, Indra diam-diam mengikuti Nia dan membekapnya dari belakang.
Ketika Nia melakukan perlawanan, Indra semakin menguatkan cekikannya hingga Nia tak sadarkan diri. Setelah itu, Indra menyeret tubuh Nia sejauh 2 km ke tempat terpencil, lalu melakukan perbuatan keji sebelum akhirnya menguburnya.
Kini, Indra akan menghadapi hukuman berat atas perbuatannya, dengan ancaman hukuman penjara 15 hingga 20 tahun, atau bahkan hukuman mati, tergantung pada hasil persidangan. Selain itu, polisi juga menangkap pamannya, MJ, yang diduga membantu Indra selama pelarian.
Meski Nia telah tiada, warga setempat yang bersimpati akhirnya membangun rumah untuk keluarga Nia, sesuai dengan salah satu impiannya. Tragedi ini menjadi pengingat betapa pentingnya keamanan bagi setiap individu, terutama perempuan yang sering kali menjadi korban kekerasan.