Jangan Hanya Berpikir Jadi Karyawan, Jadilah Bos: Refleksi Seorang Pengusaha
Ilustrasi By: Pixabay |
KabaRakyat.web.id - Mencari uang mungkin dianggap sulit oleh sebagian besar orang. Namun, bagi mereka yang sudah terbiasa, proses itu akan menjadi lebih mudah. Yang terpenting, seseorang tidak boleh hanya berpikir untuk menjadi karyawan, tetapi harus berusaha untuk menjadi bos.
Filosofi ini disampaikan oleh seorang pengusaha sukses dalam sebuah wawancara yang mengulas perjalanan hidupnya dari anak kampung hingga menjadi pemilik jalan tol swasta di Indonesia.
Dalam hidup, tidak semuanya bisa dihitung dengan matematika sederhana. Sang pengusaha mengibaratkan, jika kita hanya berpikir bahwa 1 + 1 = 2, maka kita hanya bermimpi untuk hidup seperti pekerja.
Namun, jika kita bisa melihat bahwa 1 + 1 dapat menjadi 11, maka kita baru bisa bermimpi untuk menjadi orang kaya atau orang hebat. Hal ini menggambarkan pentingnya berpikir di luar kebiasaan dan tidak hanya terpaku pada logika linear.
Menariknya, ia mengakui bahwa menghabiskan uang bisa lebih sulit daripada mencarinya. Ketika seseorang mendapatkan uang, ia akan berpikir bagaimana menghabiskannya dengan bijak, tidak hanya membuang-buangnya. Prinsip manfaat harus diterapkan dalam setiap penggunaan uang agar setiap pengeluaran membawa dampak positif.
Pria yang pernah menempuh pendidikan di berbagai universitas, seperti Universitas Jayabaya, Universitas Trisakti, hingga British Columbia University, menyatakan bahwa pengalaman hidupnya lebih penting daripada gelar akademis.
Meskipun ia tidak menyelesaikan studi di setiap kampus tersebut, ia menekankan bahwa kegigihan dan kerja keras lebih berharga dibandingkan sekadar memiliki gelar akademis.
Sebagai seorang yang sering menganggap dirinya seperti "metro mini" yang lebih gesit dibandingkan "big bus" dalam mencapai tujuan, ia menunjukkan bahwa terkadang, yang terlihat kecil dan sederhana bisa lebih cepat mencapai kesuksesan daripada yang besar dan megah. Baginya, kecepatan dan efisiensi adalah kunci dalam menghadapi persaingan di dunia bisnis.
Sang pengusaha juga berbicara tentang kesederhanaan yang tetap ia pertahankan meskipun sudah sukses. Ia menolak tawaran untuk menjadi duta besar dengan alasan bahwa ia tidak nyaman dengan kehidupan yang terlalu formal. Baginya, baju dan dasi yang rapi bukanlah prioritas, dan ia lebih memilih berinteraksi dengan masyarakat kecil yang termarjinalkan.
Keberhasilannya dalam dunia bisnis tidak membuatnya lupa untuk berbagi. Ia bermimpi untuk membangun 1.000 masjid dengan arsitektur bergaya Tionghoa sebagai warisan yang terus berlanjut bagi anak cucunya. Ia percaya bahwa tabungan terbaik bukanlah yang ada di dunia, melainkan yang disiapkan untuk kehidupan akhirat.
Dalam wawancara tersebut, ia juga bercerita tentang masa kecilnya yang penuh kesederhanaan. Orang tuanya biasa memanggilnya "si gembel" karena ia tidak pernah mengenakan sandal atau sepatu. Meskipun demikian, ia tidak merasa malu dengan panggilan itu dan menjadikannya sebagai motivasi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Keluarga besar sang pengusaha penuh dengan orang-orang yang memiliki banyak gelar akademis, termasuk ayah dan kakaknya yang memiliki beberapa gelar bergengsi. Namun, ia lebih menghargai "gelar" yang diberikan oleh Tuhan, yaitu Haji, yang menurutnya lebih bermakna daripada gelar akademis lainnya.
Ia juga mengingatkan bahwa keberhasilannya tidak lepas dari bantuan orang lain dan campur tangan Tuhan. Oleh karena itu, ia selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tetap rendah hati dan peduli terhadap sesama. Menurutnya, tidak ada artinya menjadi kaya jika tidak bermanfaat bagi orang lain.
Penting untuk selalu memiliki rasa peduli, bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, hidup akan lebih bermakna dan berkah. Sang pengusaha meyakini bahwa kebaikan yang dilakukan kepada makhluk lain akan selalu mendapat perhatian dari Tuhan.
Refleksi ini menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan liku dan tantangan. Sang pengusaha mampu melewati semua itu dengan prinsip kerja keras, berpikir kreatif, dan selalu memberi manfaat kepada orang lain.