HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Niat Belajar, Malah Scrolling: Begini Cara Akhiri Kebiasaan Buruk Ini

Niat Belajar, Malah Scrolling: Begini Cara Akhiri Kebiasaan Buruk Ini
Ilustrasi by: Pixabay

KabaRakyat.web.id - Pernahkah Sobat KabaRakyat merasa tidak bisa lepas dari media sosial? Bangun tidur, langsung cek notifikasi, lalu scrolling tanpa henti. Mau makan harus buka YouTube, bahkan sebelum tidur pun, tangan rasanya otomatis menggeser layar sampai akhirnya tertidur.

Tak jarang, aktivitas scrolling ini membuatmu begadang semalaman hingga produktivitas terganggu. Apa yang sebenarnya terjadi di otak kita? Mengapa media sosial begitu membuat candu? Yuk, kita bahas lebih dalam agar Sobat KabaRakyat bisa mengendalikan waktu dan hidup kembali.

Sobat KabaRakyat, media sosial kini tidak lagi sekadar tempat berinteraksi. Evolusinya dimulai sejak munculnya TikTok dengan fitur For You Page (FYP).

Video pendek tanpa akhir ini menginspirasi platform lain seperti Instagram dengan Reels-nya dan YouTube dengan Shorts-nya. Jika dulu media sosial membuat kita betah dengan validasi sosial seperti like dan komentar, kini fokusnya berubah menjadi konsumsi konten semata.

Menurut data terbaru dari Gustaz ID, rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di media sosial. Sobat KabaRakyat mungkin termasuk yang waktunya lebih dari itu, terutama di TikTok.

Namun, apakah Sobat lebih banyak berinteraksi melalui chat di TikTok atau hanya scrolling tanpa henti? Hal ini menunjukkan bahwa kecanduan kita saat ini lebih kepada konten video pendek daripada interaksi sosial.

Apa sih yang membuat otak kita begitu candu dengan media sosial, terutama video pendek? Sobat KabaRakyat, dopamin, zat kimia di otak yang memotivasi kita dan memberi rasa puas, adalah kuncinya. Media sosial dirancang untuk memicu dopamin secara konstan melalui algoritma yang relevan dengan minat kita.

Video pendek ini, misalnya, dengan durasinya yang singkat, membuat otak kita tidak terbebani. Akibatnya, setiap kali menonton satu video, kita merasa puas dan ingin lagi, sehingga terjebak dalam lingkaran setan scrolling.

Tidak hanya itu, algoritma media sosial yang terus memberikan konten tanpa henti membuat kita sulit berhenti. Sobat KabaRakyat pasti pernah merasa ingin berhenti, tapi malah terus scrolling hingga sakit kepala.

Efek inilah yang membuat media sosial mampu "mengendalikan" tubuh dan waktu kita, bahkan ketika kita sadar bahwa seharusnya waktu itu digunakan untuk hal yang lebih produktif.

Sobat KabaRakyat, bagaimana cara keluar dari lingkaran kecanduan ini? Langkah pertama adalah menyadari dampak buruknya.

Coba bayangkan, apa saja yang bisa Sobat capai jika waktu scrolling diganti dengan aktivitas seperti belajar, bekerja, atau olahraga? Kesadaran ini adalah langkah awal untuk memutus kendali media sosial dalam hidup Sobat.

Langkah kedua, Sobat KabaRakyat, adalah mengganti kebiasaan scrolling dengan aktivitas yang lebih bermanfaat. Banyak orang gagal karena mencoba berhenti dari media sosial tanpa menggantinya dengan aktivitas lain.

Akibatnya, rasa bosan muncul dan akhirnya kembali scrolling. Solusinya adalah replace habit, seperti membaca buku, menyelesaikan tugas, atau berolahraga. Dengan begitu, waktu luang Sobat terisi dengan hal yang produktif.

Ketika Sobat KabaRakyat berhasil mengganti kebiasaan ini, apakah media sosial harus sepenuhnya dihindari? Tidak selalu. Tips ketiga adalah menerapkan prinsip create before consume.

Artinya, Sobat harus membuat atau menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu sebelum mengonsumsi media sosial. Dengan cara ini, Sobat tetap bisa menikmati media sosial, tetapi setelah menyelesaikan hal-hal yang produktif.

Sobat KabaRakyat, prinsip ini membantu kita mengendalikan waktu dan hidup. Namun, jika Sobat merasa lebih nyaman dengan memotong total penggunaan media sosial, itu juga bisa menjadi solusi yang efektif. Pilihlah cara yang paling sesuai dengan gaya hidup Sobat.

Memutus kecanduan media sosial memang tidak mudah, Sobat KabaRakyat. Perubahan membutuhkan usaha dan keluar dari zona nyaman. Tetapi, dengan tiga tips ini—kesadaran, mengganti kebiasaan, dan prinsip create before consume—Sobat bisa memulai perjalanan menuju hidup yang lebih produktif.

Jika Sobat KabaRakyat memiliki tips lain atau pengalaman menarik, jangan ragu untuk berbagi di kolom komentar. Diskusi ini bisa membantu banyak orang untuk keluar dari jebakan media sosial. Jangan lupa, setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini adalah investasi besar untuk masa depan.

Semoga artikel ini bermanfaat, Sobat KabaRakyat. Mari kita ambil alih kendali waktu dan hidup kita dari media sosial! Tetap semangat dan sampai jumpa di artikel berikutnya!

Posting Komentar