Cara Menghasilkan Uang dengan Teknologi AI di Tahun 2025
Ilustrasi by: Pixels |
KabaRakyat.web.id - Di era saat ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi topik yang tak terhindarkan. Hampir setiap perusahaan teknologi besar berfokus pada pengembangan AI atau menjadikannya sebagai pusat inovasi mereka.
Perusahaan seperti Anthropic dan OpenAI menjadi contoh konkret, dengan peringatan dari para pendirinya tentang perlunya regulasi dalam waktu dekat untuk menghindari risiko global yang signifikan.
Jensen Huang, CEO NVIDIA, bahkan berpendapat bahwa masa depan pekerjaan dan pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh AI. Menurutnya, banyak tugas teknis yang dulunya membutuhkan waktu dan keahlian, kini dapat diselesaikan oleh AI secara efisien.
Pandangan ini membawa kekhawatiran sekaligus peluang bagi generasi muda dan para pekerja yang sudah ada.
AI: Ancaman atau Kesempatan?
Bagi lulusan baru atau mereka yang telah meniti karier, kehadiran AI dapat menjadi tantangan besar. Pekerjaan yang memerlukan keahlian teknis, seperti desain atau penulisan, bisa tergantikan oleh AI. Namun, di sisi lain, AI juga membuka peluang baru untuk menciptakan bisnis dan meningkatkan produktivitas.
Triknya adalah beradaptasi. Alih-alih terjebak pada keahlian teknis yang dapat diambil alih oleh AI, seseorang dapat menjadi seorang creative generalist.
Ini adalah orang yang memiliki dasar-dasar dari berbagai keahlian, mampu berpikir kreatif, dan menggabungkan berbagai disiplin ilmu untuk menciptakan solusi yang inovatif.
Mengapa Creative Generalist Diperlukan?
Creative generalists memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dengan sudut pandang yang unik. Dengan dasar dari berbagai bidang seperti teknologi, desain, dan pemasaran, mereka bisa menemukan solusi kreatif yang sulit dipecahkan oleh AI saat ini.
Selain itu, pemahaman teknis yang mendalam kini bisa diserahkan pada AI, sehingga manusia dapat fokus pada inovasi dan kreativitas, namun pada mereka dapat menyerahkan ke AI.
Peluang Bisnis di Era AI
Saat ini, Indonesia masih tertinggal dalam adopsi AI dibandingkan negara-negara lain di Asia Pasifik. Menurut survei PwC, 53% CEO di Indonesia mengakui bahwa perusahaan mereka belum menerapkan AI secara signifikan.
Ini menciptakan peluang besar bagi individu yang mampu memanfaatkan teknologi AI untuk menciptakan bisnis atau pekerjaan tambahan dengan memanfaatkan AI.
Sebagai contoh, banyak pekerjaan administratif yang bisa diotomatisasi menggunakan AI. Seseorang dengan keahlian mengintegrasikan AI ke dalam alur kerja perusahaan akan menjadi sangat bernilai.
Bahkan, untuk bisnis kecil sekalipun, AI dapat membantu mempercepat proses kerja seseorang sehingga lebih efisien dan produktif untuk memanfaafkannya.
AI dan Masa Depan Karier
AI diprediksi akan menggantikan banyak pekerjaan manusia, tetapi bukan berarti semuanya suram. Di masa depan, pekerjaan akan lebih bergantung pada kemampuan manusia untuk memanfaatkan teknologi. Menjadi individu yang "tech-savvy" atau melek teknologi adalah kunci untuk bertahan dan bahkan unggul di era ini.
Selain itu, tren global menunjukkan bahwa teknologi AI memberi kesempatan yang hampir setara bagi siapa saja yang memiliki akses internet.
Mirip dengan masa ketika Bill Gates dan Steve Jobs memanfaatkan perkembangan teknologi komputer, era AI adalah kesempatan besar untuk generasi saat ini.
AI bukan lagi masa depan yang jauh—teknologi ini sudah ada di sini. Alih-alih merasa terancam, ini saatnya untuk belajar dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Peluang besar terbuka bagi siapa saja yang berani mencoba dan menguasai AI.
"Jadilah orang yang menguasai teknologi, bukan dikuasai oleh teknologi."