5 Alasan Nissan Livina Gagal Laku di Pasar Indonesia
Sumbar, KabaRakyat.web.id - Jika kita mundur ke tahun 2015-an, Mitsubishi di pasar otomotif Indonesia hanya dikenal dengan beberapa model seperti L300, Pajero, dan Triton.
Mobil-mobil lainnya, seperti Outlander, Mirage, atau bahkan Delica, cenderung kurang diminati. Namun, semuanya berubah pada tahun 2017 ketika Mitsubishi meluncurkan Xpander—MPV keluarga yang langsung meroket popularitasnya.
Xpander diperkenalkan dengan branding kuat sebagai mobil dengan “Baby Pajero,” serta harga yang kompetitif (mulai dari Rp150 jutaan kala itu).
Dalam waktu singkat, Xpander mencuri hati masyarakat Indonesia dan mendominasi pasar MPV. Tak heran, hanya dalam beberapa menit di jalanan, Anda pasti akan menjumpai lebih dari lima Xpander dari berbagai tipe.
Nissan Mengikuti Jejak Mitsubishi dengan Livina
Melihat kesuksesan Xpander, Nissan yang memiliki 34,07% saham Mitsubishi saat itu, mencoba peruntungannya. Pada tahun 2019, Nissan merilis All-New Livina (dijuluki Leander), yang berbagi platform dengan Xpander. Namun, meski berbagi banyak kesamaan dari segi mesin, interior, hingga sasis, Livina gagal menyaingi Xpander.
Data Gaikindo menunjukkan penjualan Nissan anjlok drastis:
-
2020: 9.820 unit (semua model Nissan).
-
2021: hanya 2.015 unit untuk Livina.
-
2022: distribusi hanya mencapai 1.970 unit.
Mengapa Livina kalah bersaing dengan Xpander meskipun memiliki banyak persamaan?
Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Livina
1. Desain yang Kurang Menarik untuk Pasar Indonesia
Secara desain, Livina memiliki tampilan yang lebih halus dan tidak terlalu tajam dibandingkan Xpander. Padahal, desain “tajam” yang dimiliki Xpander sangat disukai oleh masyarakat Indonesia.
-
Lampu DRL Xpander terlihat agresif, grillnya mencolok, dan bagian belakang memiliki karakter yang tegas.
-
Livina, meski memiliki desain lampu modern dengan garis elegan, dianggap kurang “berani” untuk bersaing di pasar yang mengutamakan desain mencolok.
2. Momentum Hilang & Branding juga Lemah
Xpander diluncurkan lebih dulu dan langsung menciptakan tren mobil MPV berdesain modern pada 2017. Livina, yang muncul dua tahun kemudian, dianggap hanya “mengekor” Xpander. Momentum ini membuat Livina terlihat seperti pemain kedua tanpa keunikan yang mencolok.
Mitsubishi berhasil memasarkan Xpander sebagai “Baby Pajero” dengan kampanye iklan besar-besaran. Sebaliknya, Nissan Livina kurang memiliki identitas yang kuat. Bagi masyarakat awam, Livina dianggap sekadar “versi murah Xpander,” yang membuatnya kurang diminati.
3. Jaringan Dealer yang Terbatas & Harga Jual Kembali yang Rendah
Mitsubishi memiliki 344 dealer di seluruh Indonesia, jauh lebih banyak dibandingkan Nissan yang hanya memiliki 51 dealer. Akses yang lebih mudah ke dealer Mitsubishi membuat masyarakat merasa lebih nyaman memiliki Xpander dibandingkan Livina.
Nilai jual kembali Livina lebih anjlok dibandingkan Xpander.
-
Livina bekas tahun 2019 dijual mulai Rp150 jutaan.
-
Xpander bekas di tahun yang sama masih dihargai Rp180 jutaan. Konsumen Indonesia cenderung memilih mobil dengan harga jual kembali yang stabil, sehingga Xpander menjadi pilihan utama.
4. Kurangnya Suku Cadang, Perawatan & Variasi
Meski Livina dan Xpander berbagi banyak komponen, reputasi Nissan untuk harga suku cadang yang mahal membuat masyarakat enggan memilih Livina. Selain itu, suku cadang Livina tidak sefleksibel Xpander di pasar aftermarket.
Kekurangan Variasi dan Inovasi Livina yang kurang laku membuat Nissan enggan melakukan pembaruan signifikan. Sementara itu, Xpander terus berkembang dengan berbagai facelift dan inovasi, menjadikannya tetap relevan di pasar.
Fokus Nissan pada Kendaraan Listrik
Alih-alih bersaing di segmen MPV, Nissan kini lebih fokus pada pengembangan mobil listrik. Secara global, Nissan merencanakan peluncuran 23 model baru hingga 2030, di mana 15 di antaranya adalah kendaraan listrik.
Nissan Livina alias Leander sebenarnya bukan mobil yang buruk. Dari segi kenyamanan, performa, dan fitur, mobil ini setara dengan Xpander. Namun, strategi pemasaran, desain yang kurang menarik, dan lemahnya jaringan dealer menjadi alasan utama kegagalannya di pasar Indonesia.
Jika kaliam mencari mobil MPV bekas yang terjangkau, Livina bisa menjadi opsi menarik. Namun, bagi Nissan, Leander adalah pelajaran penting tentang pentingnya memahami kebutuhan dan preferensi pasar.