Apa Itu Manusia Merdeka? Filosofi Ki Hajar Dewantara yang Penting Diketahui
Sumbar, KabaRakyat.web.id - Pernahkah Sobat KabaRakyat merasa bingung dengan beberapa hal yang kita pelajari di sekolah? Seperti menghafal kapan Perang Diponegoro terjadi (1825–1830) atau bagaimana cara menghitung integral trigonometri.
Kalau direnungkan, seberapa besar dampaknya bagi kehidupan sehari-hari? Kita tidak pernah diminta menjelaskan itu saat wawancara kerja, saat mengurus rumah tangga, atau bahkan saat mengobrol dengan teman baru. Lantas, apa sebenarnya tujuan pendidikan?
Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan Indonesia, memiliki gagasan mendalam tentang hal ini. Beliau percaya bahwa pendidikan bukan sekadar soal angka-angka nilai, ijazah, atau kemampuan akademik. Menurutnya, tujuan pendidikan sejati adalah memerdekakan manusia.
Tetapi, apa maksudnya manusia merdeka? Ki Hajar menjelaskan bahwa manusia merdeka adalah mereka yang selamat secara fisik dan bahagia secara jiwa. Dua hal yang sebetulnya menjadi tujuan universal setiap orang.
Sayangnya, sistem pendidikan kita masih jauh dari visi besar ini. Kita cenderung diajari banyak teori tanpa panduan untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan bermakna.
Padahal, seperti kata Ki Hajar, pendidikan harus mampu menciptakan manusia yang merdeka secara utuh, sehingga mereka dapat hidup mandiri, berpikir kritis, dan membangun kehidupan yang harmonis.
Ki Hajar bukanlah sosok tua yang hanya bicara soal etika Jawa kuno. Beliau adalah pemikir yang luar biasa jenius. Saat muda, Ki Hajar memperoleh beasiswa untuk belajar di sekolah kedokteran Belanda, yang sangat prestisius di zamannya. Namun, keberaniannya mengkritik kebijakan penjajah membuatnya dikeluarkan dari sekolah dan dibuang ke Belanda.
Alih-alih menyerah, di Belanda, Ki Hajar justru belajar banyak tentang sistem pendidikan modern, filsafat, dan psikologi. Ia terinspirasi oleh kurikulum Maria Montessori yang menekankan kebebasan belajar, kreativitas, dan rasa ingin tahu anak. Filosofi inilah yang ia bawa pulang dan wujudkan di Indonesia melalui Taman Siswa, sekolah yang ia dirikan untuk menciptakan generasi baru bangsa yang merdeka.
Ki Hajar juga percaya pada pentingnya Trirahayu dalam pendidikan, yaitu konsep bahwa pendidikan harus memiliki tiga peran utama. Pertama, mendidik individu untuk memajukan dan menjaga diri sendiri.
Kedua, mendidik masyarakat agar dapat menjaga bangsa. Ketiga, mendidik bangsa untuk memelihara dunia. Filosofi ini menegaskan bahwa semua bagian saling terhubung. Ketika individu menjadi baik, keluarga dan komunitas pun akan ikut membaik.
Namun, pendidikan tidak berhenti pada pemahaman individu saja. Ki Hajar mendorong pendidikan yang berkelanjutan (continue), luas (convergent), dan kontekstual (concentric). Kita harus terus belajar sepanjang hidup, menggali ilmu dari berbagai sumber, tetapi tetap menyesuaikannya dengan kebutuhan dan identitas kita.
Di era modern ini, mungkin sudah saatnya kita bertanya: apakah sistem pendidikan kita sudah benar-benar menciptakan manusia merdeka seperti yang Ki Hajar bayangkan? Kita perlu menambahkan elemen-elemen penting dalam pendidikan seperti cara mencapai kebahagiaan, membangun hubungan yang sehat, dan menjadi bagian dari masyarakat yang saling mendukung.
Jadi, Sobat KabaRakyat, mari kita renungkan dan mulai mengambil langkah kecil. Mulailah dengan belajar hal-hal yang benar-benar penting untuk kehidupan. Sebarkan ilmu kepada orang-orang di sekitar, dan bersama-sama kita bangun bangsa yang merdeka, bahagia, dan bermartabat.