Liga Arab Rencanakan Rekonstruksi Gaza dengan Dana 53 Miliar Dolar

Sumbar, KabaRakyat.web.id - Konflik di Gaza telah berlangsung berbulan-bulan, menyisakan kehancuran yang memilukan. Dunia menyaksikan dengan frustrasi dan amarah yang memuncak. Pertanyaan besar terus bergema: mengapa negara-negara Arab diam saja? Sobat KabaRakyat, akhirnya ada titik balik.
Pada 4 Maret 2025, Liga Arab menggelar pertemuan tingkat tinggi di Kairo. Pertemuan ini bukan sekadar formalitas biasa. Sebanyak 22 negara anggota bersatu menyusun rencana besar untuk Gaza. Sobat KabaRakyat, mereka tak lagi berdiam diri.
Rencana ini lahir sebagai respons atas kehancuran yang tak kunjung usai. Liga Arab ingin membangun kembali Gaza tanpa mengusir warganya. Total biaya yang diusulkan mencapai 53 miliar dolar AS. Sobat KabaRakyat, angka ini menunjukkan komitmen nyata.
Sebelumnya, Donald Trump lebih dulu menggebrak dengan ide kontroversialnya. Ia ingin menjadikan Gaza sebagai "Riviera Timur Tengah" di bawah kendali AS. Rencananya termasuk mengusir 2 juta warga Palestina. Sobat KabaRakyat, ini memicu kemarahan umat Islam.
Israel menyambut gembira ide Trump tersebut. Benjamin Netanyahu menyebutnya "visi revolusioner" yang kreatif. Bagi mereka, Gaza hanyalah lahan kosong untuk dieksploitasi. Namun, Sobat KabaRakyat, bagi warga Gaza, itu adalah rumah mereka.
Pertemuan di Kairo menjadi tamparan keras bagi Trump dan Netanyahu. Pemimpin dari Mesir, Arab Saudi, Qatar, dan Yordania duduk bersama. Mereka menolak pengusiran warga dan fokus pada rekonstruksi. Sobat KabaRakyat, ini adalah langkah berani.
Rencana Liga Arab dirancang dalam tiga tahap selama lima tahun. Tahap pertama, dengan biaya 3 miliar dolar, berlangsung enam bulan. Fokusnya adalah membersihkan puing dan bom yang belum meledak. Sobat KabaRakyat, tantangan ini sangat besar.
Data PBB menyebut ada 37 juta ton puing di Gaza. Jumlah ini bahkan melebihi sisa Perang Dunia Kedua di beberapa kota Eropa. Pembersihan menjadi langkah awal yang krusial. Sobat KabaRakyat, ini adalah fondasi masa depan Gaza.
Tahap kedua, yang memakan waktu dua tahun, menelan biaya 20 miliar dolar. Di sini, perumahan dan infrastruktur dasar akan dibangun kembali. Sebanyak 200.000 unit rumah prefabrikasi akan berdiri. Sobat KabaRakyat, harapan mulai terlihat.
Air, listrik, dan telekomunikasi yang lumpuh juga akan dipulihkan. Sekitar 60.000 rumah yang rusak akan diperbaiki. Ini memberi tempat tinggal bagi warga yang kehilangan segalanya. Sobat KabaRakyat, Gaza perlahan akan bangkit.
Tahap ketiga, dengan biaya 30 miliar dolar, berlangsung dua tahun. Rencananya lebih ambisius: bandara, dua pelabuhan laut, dan kawasan industri. Gaza tak hanya akan pulih, tapi juga bermimpi besar. Sobat KabaRakyat, ini adalah visi jangka panjang.
Otoritas Palestina dan Hamas menyambut rencana ini dengan tangan terbuka. Hamas menyebutnya babak baru keselarasan Arab-Islam. Mereka menolak tegas pengusiran warga yang diusung Trump. Sobat KabaRakyat, dukungan ini memperkuat rencana tersebut.
PBB dan Uni Eropa juga mendukung penuh inisiatif ini. Antonio Guterres menyatakan kesiapan PBB untuk bekerja sama. Namun, Israel menolak keras, dengan alasan Hamas harus dilenyapkan. Sobat KabaRakyat, konflik masih jauh dari selesai.
Israel telah membunuh lebih dari 48.000 warga Palestina sejak Oktober 2023. Bagi mereka, Hamas adalah ancaman utama yang harus dihapus. Rencana Liga Arab tak menyebut nasib Hamas secara eksplisit. Sobat KabaRakyat, ini jadi titik lemah.
Hamas mungkin bersedia mundur dari pemerintahan Gaza. Namun, mereka menolak keras dilucuti senjatanya. Ada usulan Gaza dikelola sementara oleh teknokrat independen. Sobat KabaRakyat, ini bisa membuka jalan bagi Otoritas Palestina.
Mesir dan Yordania turut berperan besar dalam rencana ini. Mereka akan melatih polisi Palestina untuk menjaga stabilitas. Keduanya juga meminta pasukan penjaga perdamaian PBB dikerahkan. Sobat KabaRakyat, langkah ini menambah harapan.
Mahmud Abbas dari Otoritas Palestina menyebut pemilu mungkin digelar tahun depan. Tentu saja, ini bergantung pada situasi di lapangan. Gencatan senjata yang dijanjikan Israel belum permanen. Sobat KabaRakyat, ketidakpastian masih membayangi.
Saat ini, Israel memblokir bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Mereka menekan Hamas untuk tunduk pada proposal AS yang hanya menawarkan gencatan sementara. Jika ini berlanjut, 53 miliar dolar tak akan sampai. Sobat KabaRakyat, Gaza tetap dalam limbo.