Pemindahan Ibu Kota Iran ke Makran: Tantangan dan Peluang

Sumbar, KabaRakyat.web.id - Iran kini tengah mempertimbangkan langkah besar yang mengundang tanya. Negara ini berencana memindahkan ibu kota dari Teheran ke wilayah Makran. Wilayah ini dikenal ekstrem dan dijuluki "Lembah Kematian". Sobat KabaRakyat, keputusan ini memang mengejutkan banyak pihak.
Selama lebih dari 200 tahun, Teheran telah menjadi pusat pemerintahan Iran. Namun, kota ini kini menghadapi masalah serius akibat kelebihan populasi. Dengan 18 juta penduduk, Teheran jauh melampaui Mashhad, kota terbesar kedua. Sobat KabaRakyat, situasinya semakin sulit.
Kemacetan lalu lintas di Teheran sudah tak terkendali lagi. Krisis air dan listrik juga semakin parah setiap hari. Polusi udara pun menjadi ancaman nyata bagi warga. Sobat KabaRakyat, kualitas hidup di ibu kota terus menurun.
Tak hanya itu, Teheran menyumbang 30% PDB Iran. Namun, lokasinya yang berada di zona gempa aktif sangat berisiko. Sesar Mosha dan Ray bisa memicu gempa di atas magnitudo tujuh. Sobat KabaRakyat, ini potensi bencana besar.
Ide pemindahan ibu kota sebenarnya bukan hal baru di Iran. Sejak 1989, ada enam studi yang menawarkan opsi relokasi. Kota seperti Esfahan, Hamedan, dan Bandar Abbas pernah dipertimbangkan. Sobat KabaRakyat, namun semua hanya jadi wacana.
Kini, Presiden Masoud Pezeshkian menghidupkan kembali gagasan tersebut. Ia menyoroti masalah Teheran yang makin serius. Harga properti melonjak dan akses pelabuhan minim menjadi beban ekonomi. Sobat KabaRakyat, solusi baru sangat dibutuhkan.
Makran, wilayah yang diusulkan, terletak di pantai selatan Iran. Daerah ini membentang 1.000 km hingga Pakistan, berbatasan dengan Laut Arab. Namun, kondisinya didominasi gurun tandus dan pegunungan terjal. Sobat KabaRakyat, tantangannya jelas tidak ringan.
Iklim di Makran sangat ekstrem dan tak ramah. Suhu musim panas bisa mencapai 50 derajat Celsius. Hujan jarang turun, tapi sering memicu banjir bandang. Sobat KabaRakyat, ini membuat banyak orang ragu.
Meski begitu, Makran punya sejarah panjang sebagai jalur perdagangan. Wilayah ini pernah menghubungkan Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika. Namun, bencana alam juga mewarnai masa lalunya. Sobat KabaRakyat, tsunami 1945 jadi salah satu contohnya.
Tsunami itu dipicu gempa berkekuatan 8,1 di lepas pantai Makran. Ribuan orang tewas akibat bencana tersebut. Posisinya di zona subduksi membuatnya rawan aktivitas seismik. Sobat KabaRakyat, stabilitas jadi pertanyaan besar.
Sejarah lain datang dari perjalanan Alexander Agung pada 325 SM. Pasukannya melintasi Makran, tapi hanya sedikit yang selamat. Panas ekstrem dan kekurangan air menghancurkan ribuan prajurit. Sobat KabaRakyat, ini menambah kesan mengerikan wilayah itu.
Namun, Makran juga punya potensi strategis yang menarik. Pantainya membentang 280 km hingga Selat Hormuz. Pelabuhan Chabahar di sana menawarkan akses langsung ke Laut Arab. Sobat KabaRakyat, ini bisa jadi keunggulan ekonomi.
Chabahar berbeda dari pelabuhan lain di Teluk Persia. Pelabuhan ini menghindarkan Iran dari ketergantungan pada Selat Hormuz. Titik itu sering jadi pusat ketegangan geopolitik dunia. Sobat KabaRakyat, Chabahar bisa jadi pintu gerbang baru.
India dan Afghanistan juga melirik Chabahar untuk perdagangan. Pada 2016, ketiga negara meneken kesepakatan trilateral. India bahkan membangun jalur kereta dari Chabahar ke Zahedan. Sobat KabaRakyat, ini memperkuat posisi Makran.
Namun, tantangan besar masih menghadang rencana ini. Sanksi ekonomi AS membatasi pendanaan Iran. Biaya desalinasi air laut untuk Makran juga sangat mahal. Sobat KabaRakyat, logistik jadi hambatan utama.
Kekurangan air tawar di Makran sangat kritis. Proses desalinasi membutuhkan investasi besar yang sulit dipenuhi. Banyak rakyat Iran pun skeptis dengan rencana ini. Sobat KabaRakyat, pelaksanaannya diragukan.
Meski penuh risiko, pemindahan ibu kota ke Makran bisa mengubah nasib Iran. Akses maritim dan potensi perdagangan jadi daya tariknya. Namun, kondisi ekstrem tetap jadi ancaman nyata. Sobat KabaRakyat, ini pertaruhan besar.
Keputusan akhir masih belum jelas hingga kini. Iran harus mempertimbangkan manfaat dan risikonya dengan matang. Apakah Makran akan jadi ibu kota baru atau hanya wacana lagi? Sobat KabaRakyat, kita tunggu kelanjutannya.