Trump Sebut Spanyol Anggota BRICS, Ancam Tarif 100% - Apa yang Terjadi?
.jpg)
Sumbar, KabaRakyat.web.id - Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia dengan pernyataan kontroversialnya. Kali ini, ia menyebut Spanyol sebagai bagian dari BRICS, aliansi Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Padahal, "S" dalam BRICS merujuk pada South Africa, bukan Spanyol. Sobat KabaRakyat, ini memicu kehebohan global.
Trump dengan santai mengubah makna akronim BRICS dalam pernyataannya. Ia bahkan mengancam akan mengenakan tarif 100% pada Spanyol dan anggota BRICS lainnya. Sobat KabaRakyat, banyak orang bertanya-tanya soal ini.
Meski terdengar seperti lelucon, dampak pernyataan Trump sangat serius. Spanyol adalah anggota NATO dan Uni Eropa, bukan BRICS. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Spanyol memang telah meningkat akhir-akhir ini, Sobat KabaRakyat.
Salah satu pemicu utama adalah kegagalan Spanyol memenuhi target belanja pertahanan NATO. Target tersebut sebesar 2% dari PDB, namun Spanyol hanya menyumbang 1,28% pada 2024. Sobat KabaRakyat, ini jadi masalah besar.
Trump bahkan ingin menaikkan target NATO menjadi 5% dari PDB. Bagi dia, sikap Spanyol menunjukkan kurangnya komitmen pada aliansi keamanan. Spanyol berjanji mencapai 2% pada 2029, Sobat KabaRakyat, tapi itu belum cukup.
Spanyol beralasan ekonominya baru pulih pasca pandemi dan perang Rusia-Ukraina. Mereka menyebut diri sebagai sekutu NATO yang serius. Anggaran militer naik 50% sejak 2018, dari 8,9 miliar dolar menjadi 13,3 miliar dolar, Sobat KabaRakyat.
Namun, Trump tak hanya kesal soal anggaran NATO. Spanyol juga mendapat kecaman karena menolak kapal AS berlabuh. Kapal-kapal yang membawa senjata untuk Israel dilarang masuk, seperti di Cádiz, Sobat KabaRakyat.
Pangkalan angkatan laut Rota di Spanyol adalah pusat strategis NATO. Di sana, lima kapal perusak canggih AS ditempatkan untuk perisai rudal Eropa. Larangan Spanyol mengganggu operasi, Sobat KabaRakyat, dan AS geram.
Menteri Luar Negeri Spanyol, José Manuel Albares, menegaskan sikapnya. Ia bilang Timur Tengah butuh perdamaian, bukan senjata. Ini kali pertama Spanyol tegas menentang AS dalam isu ini, Sobat KabaRakyat.
Kerja sama militer AS-Spanyol berlangsung sejak Perjanjian Madrid 1953. Perjanjian diperkuat pada 1988, memungkinkan penggunaan pangkalan seperti Rota dan Morón. Ketegangan terbaru berisiko merusak aliansi ini, Sobat KabaRakyat.
Spanyol bersikeras mereka berhak menentukan kapal yang boleh berlabuh. Sikap ini pernah terjadi pada 1988, saat kapal USS Missouri ditolak karena bertenaga nuklir. Sobat KabaRakyat, sejarah tampak berulang.
Ketegangan juga terlihat di Laut Merah akibat serangan Houthi Yaman. AS meminta Spanyol ikut patroli keamanan maritim pada Desember 2023. Spanyol menolak misi sepihak AS, Sobat KabaRakyat, dan pilih kerangka NATO atau UE.
Menteri Pertahanan Spanyol lebih memilih operasi multilateral. Italia dan Prancis juga mengambil sikap serupa, tinggalkan AS dan Inggris beraksi sendiri. Ketidakstabilan Laut Merah berdampak besar, Sobat KabaRakyat.
Krisis ini bisa rugikan Spanyol hingga 135 miliar euro dalam perdagangan Asia-Eropa. Biaya pengiriman melonjak akibat ancaman di jalur tersebut. Spanyol kritik serangan AS-Inggris ke Houthi, Sobat KabaRakyat.
Tak hanya militer, Spanyol juga menentang dominasi teknologi AS. Google, Apple, dan Meta sering dikritik atas praktik bisnis mereka. Spanyol vokal tuntut regulasi ketat, Sobat KabaRakyat, soal kedaulatan digital.
Pada masa jabatan pertama Trump, Spanyol tak jadi prioritas AS. Kini, di periode kedua, pola itu terulang. Utusan Trump lebih fokus pada negara Baltik dan Hongaria, Sobat KabaRakyat, Spanyol terabaikan.
Hubungan AS-Spanyol semakin menjauh di berbagai aspek. Dari militer hingga teknologi, kebijakan mereka sering bertolak belakang. Sulit membayangkan pemulihan dalam waktu dekat, Sobat KabaRakyat, dunia menanti kelanjutannya.