HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Ratusan Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Baca Tulis, Apa Penyebabnya?

Ratusan Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Baca Tulis, Apa Penyebabnya?

Sumbar, KabaRakyat.web.id - Dunia pendidikan Indonesia kembali dikejutkan dengan kabar memprihatinkan. Ratusan siswa SMP di Kabupaten Buleleng, Bali, ternyata tidak bisa membaca dan menulis. Fenomena ini mencuri perhatian publik. Apa penyebabnya dan bagaimana solusinya? Mari kita bahas bersama, Sobat KabaRakyat.

Data dari Dewan Pendidikan Buleleng mengungkap fakta mencengangkan. Sebanyak 115 siswa SMP tidak bisa membaca sama sekali. Sekitar 200 siswa lainnya belum lancar membaca. Ini terjadi di 60 sekolah. Angka ini mengejutkan banyak pihak.

Persoalan ini bukan hanya terjadi di Buleleng. Banyak sekolah lain di Indonesia menghadapi masalah serupa. Namun, kasus ini sering tidak terekspos. Keterbatasan literasi di kalangan siswa SMP jadi alarm bahaya. Pendidikan dasar perlu disorot, Sobat KabaRakyat.

Menurut pakar pendidikan, akar masalah ada di sekolah dasar. Kualitas pendidikan SD yang rendah berdampak besar. Guru dengan kompetensi di bawah standar nasional menjadi salah satu penyebab. Akibatnya, kemampuan baca tulis siswa tidak terbentuk.

Sobat KabaRakyat, pembiaran di sekolah juga memperparah situasi. Guru cenderung fokus pada materi pelajaran. Keterampilan dasar seperti baca tulis sering diabaikan. Ini tidak masuk akal. Bagaimana siswa memahami pelajaran tanpa literasi?

Kurikulum Merdeka yang diterapkan saat ini juga disorot. Kurikulum ini dinilai kurang fokus pada literasi dasar. Celah di tingkat akar rumput tidak terdeteksi. Kebijakan nasional sering tidak sesuai dengan kondisi lokal. Ini memperumit masalah.

Fenomena siswa SMP tidak bisa baca tulis bukan hanya soal teknis. Ada faktor lain yang memengaruhi. Kondisi psikologis dan pertumbuhan anak perlu diperhatikan. Tidak semua anak berkembang sama. Pendekatan khusus sangat dibutuhkan, Sobat KabaRakyat.

Pendidikan inklusif menjadi solusi yang diusulkan. Setiap anak harus mendapat layanan berbeda. Siswa yang belum bisa baca tidak boleh dianggap sama. Mereka sering mengalami tekanan mental. Perundungan halus kerap terjadi di kelas.

Sobat KabaRakyat, data valid sangat penting untuk langkah selanjutnya. Sekolah harus punya perhatian khusus. Pendekatan humanis dari guru bisa mengubah situasi. Guru harus merangkul siswa, bukan hanya mengajar materi. Ini soal hati nurani.

Rahasia umum di dunia pendidikan juga terungkap. Banyak siswa lolos ke SMP tanpa kemampuan dasar. Ada tren untuk menaikkan semua siswa. Stigma negatif menghambat tindakan tegas. Sekolah enggan melaporkan masalah ini.

Faktor keluarga juga ikut berperan. Namun, tidak selalu motivasi keluarga yang lemah. Data holistik diperlukan. Relawan harus mendatangi keluarga siswa. Hanya dengan pendekatan ini, penyebab sebenarnya bisa ditemukan. Kolaborasi sangat penting, Sobat KabaRakyat.

Gerakan literasi akar rumput menawarkan solusi praktis. Pendampingan intensif di luar jam sekolah diperlukan. Dua jam di sekolah tidak cukup. Siswa remaja sering merasa malu. Pendekatan humanis bisa membangun kepercayaan diri mereka.

Sobat KabaRakyat, kualitas guru menjadi sorotan utama. Banyak guru hebat di Bali, tapi jumlahnya terbatas. Sertifikasi guru menunjukkan kompetensi rendah. Namun, tidak ada pilihan lain. Guru harus terus dilatih untuk meningkatkan kualitas.

Administrasi yang berat juga menghambat guru. Laporan dan aplikasi menyita waktu. Akibatnya, fokus pada pengajaran berkurang. Ini harus diatasi. Guru perlu ruang untuk mengajar dengan hati, bukan hanya urusan kertas.

Fenomena kursus baca tulis juga mencuri perhatian. Banyak orang tua mendorong anak ikut kursus. Namun, literasi tidak hanya soal pelatihan. Faktor genetik dan psikologis anak berperan besar. Kursus saja tidak cukup, Sobat KabaRakyat.

Pemerintah Kabupaten Buleleng berupaya mengatasi masalah ini. Sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat jadi kunci. Pendampingan oleh sukarelawan sangat diperlukan. Pendekatan ini harus konsisten dan terarah.

Guru harus kembali pada esensi profesi mereka. Mereka bukan hanya pengajar, tapi pembentuk jiwa. Pendekatan humanis harus diterapkan. Guru hebat adalah yang memahami anak sebagai individu. Ini bekal utama pendidikan.

Sobat KabaRakyat, fenomena ini adalah panggilan untuk berbenah. Sistem pendidikan harus lebih peka. Literasi dasar adalah fondasi. Tanpa itu, pendidikan hanya formalitas. Mari dukung perubahan untuk masa depan anak-anak kita.

Posting Komentar